.

Friday, August 13, 2010

Kapan Wanita Tak Butuh Foreplay

By Petti Lubis, Anda Nurlaila - Senin, 9 Agustus
VIVAnews - Banyak pria menyangka sebelum melakukan hubungan seks, hal paling utama yang diinginkan pasangan wanita adalah foreplay alias pemanasan. Memang benar, pemanasan meningkatkan kualitas percintaan dan memberi kepuasan lebih bagi kaum wanita.

Tetapi, ada beberapa waktu wanita tak memerlukan pemanasan dan ingin langsung menikmati aktivitas bercinta, seperti dikutip dari Askmen. Kapan sajakah wanita ingin melewatkan tahap foreplay?

Setelah kencan menyenangkan di malam hari

Anda berdua baru saja menikmati sebuah kencan menyenangkan. Minum koktail dan berdansa bersamanya di tempat romantis dan remang-remang diam-diam telah menaikkan gairah kalian. Bukan hanya pria yang membayangkan akan segera berhubungan seks, wanita juga memikirkan hal sama

Lama tak bertemu

Setelah melakukan perjalanan bisnis, kunjungan keluarga atau liburan yang memisahkan kalian, pasangan pasti akan saling merindukan. Menjauh darinya tak hanya menyebabkan rindu tapi juga menumpuk hasrat yang segera diungkapnya begitu Anda berdua berada dalam sebuah ruangan tertutup.

Seks di tempat umum

Seks di area publik biasanya tak memerlukan pemanasan dan bisa berlangsung lebih cepat. Pemikiran bahwa hubungan intim yang menantang dan berpeluang terpergok orang lain membuat gairah cepat terpantik. Sehingga tak perlu pemanasan lagi.

Setelah menghadiri pesta pernikahan

Suasana hati yang dialami wanita setelah menghadiri pernikahan membuat mereka lebih romantis dan bergairah. Wanita biasanya ingin menunjukkan seks panas adalah bukti kalian tetap bercinta seperti saat awal menikah.

Waktu sempit

Sedikitnya waktu bersama bukan berarti kalian tidak dapat menikmati sesi panas percintaan. Saat sedang dalam kondisi mood prima, wanita akan bersemangat menggoda pasangan tanpa sebuah pemanasan. Beberapa menit mencuri waktu makan siang, berbelanja atau waktu langka lainnya adalah waktu favoritnya untuk 'quickies'.

Rahasia Wanita Memikat Pasangan

By Pipiet Tri Noorastuti, Mutia Nugraheni - Selasa, 10 Agustus
VIVAnews - Tidak banyak pria menyadari waktu dan tenaga yang dihabiskan para wanita demi terlihat cantik. Sebuah survei mengungkap, sebanyak 28 persen pria tidak memperhatikan fakta bahwa wanita sering menggunakan bulu mata palsu, mencabut rambut dari dagu, atau menggunakan kuku palsu.

Dari survei terhadap 3.000 wanita yang dilakukan Jolen Crème Bleach, sebuah perusahaan produk pencerah kulit, terungkap, wanita menghabiskan lima jam dalam satu minggu 'menjauh' dari pasangannya untuk melakukan perawatan kecantikan, termasuk mempercantik kulit dan mencabut bulu.

Daftar rutinitas mempercantik diri yang paling umum dan memakan waktu selama lima jam atau lebih antara lain, membentuk alis, merapikan bulu hidung, mencukur bulu kaki, ketiak, dan membentuk bulu di sekitar daerah intim. Termasuk juga perawatan rambut, bulu mata, pedikur, menikur dan facial.

Sekitar 18 persen wanita melakukan perawatan cukup lama dan intensif tanpa disadari pasangannya. Sebanyak 5 persen wanita bahkan mengaku sengaja tidak akan 'memamerkan' keindahan tubuhnya pada pasangannya, jika perawatan belum benar-benar sempurna.



"Proses yang dilakukan wanita untuk terlihat cantik tidak semuanya indah dan glamor," kata juru bicara Jolen Crème Bleach, seperti dikutip dari Genius Beauty.

Perawatan kecantikan sebenarnya dilakukan wanita setiap hari dan sepanjang tahun. Namun, niat dan kerja keras untuk tampil cantik demi membahagiakan pasangan itu sering tidak disadari pria. (pet)

Keajaiban Madu

 By Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti - Selasa, 10 Agustus


VIVAnews - Madu memiliki sejuta manfaat. Tak hanya untuk kesehatan tapi juga untuk perawatan kecantikan tubuh. Bahkan keampuhannya sudah tenar sejak zaman Romawi Kuno.

Madu memang memang menakjubkan. Terlepas dari kandungan nutrisinya yang tinggi, madu mengandung senyawa unik yang tak memungkinkan bakteri tumbuh subur di dalamnya. Berikut adalah sejumlah keunggulan madu seperti dikutip dari laman Times of India.

Pelengkap menu diet

Madu sangat dianjurkan bagi mereka yang tengah menjalani program diet pelangsingan tubuh. Tambahkan madu dan lemon dalam segelas air hangat untuk menu sarapan.

Madu berperan sebagai pasokan energi tanpa menimbun lemak di tubuh. Rasa manis dari madu bisa menjadi pengganti gula untuk meningkatkan energi.

Antibakteri

Madu memiliki sifat antibakteri yang membantu memperbaiki sistem pencernaan. Madu juga mengandung protein defensin-1 untuk mengobati luka bakar dan infeksi kulit, serta untuk mengembangkan obat baru yang dapat memerangi infeksi resisten antibiotik.

Antitumor

Madu juga dikenal memiliki karsinogen, mencegah dan memiliki sifat antitumor yang dapat membantu dalam pencegahan kanker.

Obat batuk

Tambahkan beberapa sendok makan madu ke dalam jus jahe, dan konsumsi dua kali sehari untuk mengobati sakit tenggorokan.

Sembuhkan luka

Sifat antiseptik madu menghambat pertumbuhan bakteri tertentu dan membantu menjaga luka bersih dan bebas dari infeksi. Hal ini dapat digunakan sebagai obat alami dalam perawatan pertolongan pertama untuk luka bakar dan luka lainnya.

Madu bisa mempercepat proses penyembuhan. Sifat antibakteri madu mencegah infeksi dan berfungsi sebagai agen antiinflamasi, mengurangi pembengkakan dan rasa sakit, bahkan mencegah timbulnya jaringan parut.

Merawat kecantikan

Menerapkan madu pada wajah selama 10 sampai 15 menit sebelum dicuci dengan air hangat, bermanfaat menjaga kulit lentur dan tampak segar.

Untuk rambut, gunakan dua sendok madu dicampur air hangat untuk bilas usai keramas dengan sampo. Sentuhan madu akan menambah kemilau rambut.

Menambahkan satu atau dua sendok teh madu dengan secangkir teh chamomile sebelum tidur juga menjadi ramuan ampuh yang direkomendasikan untuk menenangkan saraf serta membantu tidur nyenyak. (pet)

Kenali Tanda-tanda Jatuh Cinta

 By Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti - Kamis, 12 Agustus 2010



VIVAnews - Banyak orang bilang jatuh cinta berjuta rasanya. Meski demikian, banyak orang seringkali tak sadar sedang jatuh cinta. Mereka terlalu hanyut dalam buaian asmara.

Seperti dikutip dari laman Shine, berikut tanda-tanda seseorang sedang jatuh cinta.

Emosi

Merasa bahagia memiliki hubungan dan tumbuh kepedulian terhadap lawan jenis bisa menjadi pertanda jatuh cinta. Apalagi jika rasa peduli melebihi kepedulian pada diri sendiri.

Selalu ingin bersama

Individu yang sedang jatuh cinta biasanya merasa selalu ingin bersama. Itu wajar karena seiring tumbuhnya rasa cinta, Anda akan menganggap pasangan bagai oksigen yang tak bisa dilepas.

Komunikasi reguler

Komunikasi biasanya tak pernah putus bagi mereka yang sedang dilanda demam cinta. Tak hanya tatap muka, komunikasi melalui perangkat selular menjadi aktivitas yang sulit dicegah. Meski hanya menanyakan hal sepele, itu sudah menjadi pertanda kuat bagi pasangan jatuh cinta.

Melamun

Mereka yang sedang dimabuk asmara seringkali sulit fokus. Pikiran mudah berkelana sehingga berpotensi mengganggu tugas-tugas penting. Tak jarang terlihat melamun, hanya memikirkan si dia dan masa depan bersamanya.

Selalu ingin tampil menarik

Saat membangun sebuah hubungan, tanpa sadar Anda melakukan perubahan. Selalu ingin tampil menarik di depannya, itu menjadi salah satu pertanda. Anda ingin selalu menarik perhatiannya.

Selalu ingin membantu

Ketika seseorang jatuh cinta, apapun rela dilakukan demi mendapatkan simpatinya. Rata-rata pria rela mengantar calon kekasihnya kemanapun pergi. Termasuk membantunya mengatasi kesulitan.

'Rayuan Maut' Buat Si Dia Makin Cinta

VIVAnews - Ada yang bilang bahwa rasa cinta sulit dilukiskan dengan kata-kata. Bukan berarti Anda tidak bisa mengungkapkannya secara verbal pada pasangan tercinta.

Setelah berhubungan sekian lama, kata-kata cinta biasanya jarang diucapkan. Kemesraan di awal hubungan seolah sirna. Padahal ucapan cinta sangat penting demi langgengnya hubungan serta menjaga perasaan cinta satu sama lain.



Bingung mencari ungkapan cinta padanya? Banyak kalimat romantis bisa diucapkan, selain "Aku cinta kamu". Pilih saja satu dari sekian banyak ungkapan cinta berikut. Dijamin si dia akan makin cinta pada Anda.

1. Hanya kamu yang aku mau

Ditengah-tengah kesibukan pekerjaan, pasangan mungkin dipusingkan dengan berbagai tugas. Untuk membantu meringankan 'bebannya', kirim saja sms atau email berisi, "Hanya kamu yang aku mau." Dia pasti langsung membalasnya atau bahkan menelepon Anda.

2. Aku sangat menyukai ...

Pernyataan ini juga bisa Anda lontarkan untuk memberikannya pujian secara khusus. Misalnya "Aku sangat menyukai rambut barumu." Katakanlah sambil menatap matanya secara dalam. Ia pasti akan membalasnya dengan memeluk Anda.

3. Aku suka kamu apa adanya

Bukan hanya wanita yang merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Pria juga mengalaminya. Pernyataan paling ampuh untuk meningkatkan kepercayaan dirinya adalah, "Aku menyukai kamu apa adanya." Setiap orang bukan hanya wanita, ingin dicintai tanpa syarat.

4. Aku merasa aman di samping kamu

Cinta sejati pasti memberikan rasa aman dan kepastian. Beritahu hal itu pada pasangan. Katakan padanya Anda merasa aman di sampingnya, dan hal itu membuat Anda selalu ingin dekat dengannya.

5. Kamu menunjukkan yang terbaik dalam diriku

Hubungan harus membuat Anda dan pasangan menjadi pribadi yang kuat. Dengan mengatakan pada pasangan bahwa ia memiliki dampak positif pada Anda, akan membuat hubungan semakin kuat.

6. Kamu melengkapiku

Pernyataan ini menunjukkan kalau Anda membutuhkan dirinya untuk merasa sebagai pribadi yang lengkap. Ia juga pasti merasa Anda adalah bagian dari dirinya.

7. Kamu teman terbaikku

Banyak pasangan yang menjalin hubungan berawal dari sebuah pertemanan. Memberitahu pasangan bahwa Anda menghargainya juga sebagai seorang teman baik, membuatnya melihat bahwa hubungan yang terjalin selama ini bukan hanya terdiri dari satu dimensi.

8. Aku ingin menghabiskan hidup bersama kamu

Mengatakan hal itu membuat pasangan merasa mantap dengan keputusannya menjadikan Anda pasangan hidupnya. Hal ini juga akan membuat Anda merasa yakin dengan diri sendiri, untuk menjadi pasangannya.

Baca juga: 10 Daya Tarik Pria Membuat Wanita 'Gila'

Friday, July 16, 2010

Pentingnya Fantasi Seksual

JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya suka berfantasi melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, bukan suami. Apakah saya normal ?" tanya seorang wanita dalam acara yang membahas tentang seks di sebuah radio swasta.

Tentu saja normal, sedahsyat apa pun fantasi itu menurut anggapan Anda. Fantasi erotis merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh pria maupun wanita.

Riset yang dilakukan Kinsey Institute membuktikan, 84 persen pria dan 67 persen wanita memiliki fantasi seksual. Fantasi merupakan pengalaman mental yang muncul dari imajinasi atau bisa juga karena dirangsang oleh bacaan, lukisan, foto, dan lain-lain. Umumnya orang berfantasi ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan, saat bermasturbasi, atau bahkan ketika sedang tidak melakukan aktivitas seksual.

Membayangkan orang lain Riset lain yang pernah dilakukan Hunt membuktikan bahwa wanita maupun pria sama saja, mereka umumnya berfantasi melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang dicintai.

Namun, berfantasi melakukan hubungan dengan orang lain yang bukan pasangan, bahkan dengan orang tak dikenal, juga terjadi pada wanita maupun pria. Banyak orang juga senang membayangkan berhubungan seks dengan artis atau selebriti yang mereka kagumi.

Tak sedikit orang yang membayangkan berhubungan intim dengan lebih dari satu orang. Seperti cerita seorang wanita dalam acara tengah malam sebuah radio swasta di Jakarta berikut ini. “Saya suka membayangkan berhubungan seks dengan tiga pria sekaligus. Semuanya pria yang tidak saya kenal,” katanya.

Fantasi seksual juga bisa dalam bentuk lain, misalnya membayangkan dipaksa secara kasar untuk berhubungan seks. “Saya kadang membayangkan ada pria yang dengan kasar mendorong dan menjepit saya ke tembok lalu menciumi saya dengan penuh gairah,” ungkap seorang teman.

Ada kalanya orang berfantasi sebaliknya, yaitu memaksa orang lain melakukan hubungan seks, bahkan berfantasi tentang hubungan dengan sesama jenis.

Perlukan pasangan tahu? Yang pasti, banyak orang melibatkan fantasi dalam kehidupan seksual mereka. Mewujudkan fantasi menjadi kenyataan, dapat sangat menyenangkan. Namun, jika fantasi itu bertentangan dengan sistem nilai yang dianut, sebaiknya dipertimbangkan untung ruginya kalau mau diwujudkan.

Apakah kita perlu menceritakan fantasi erotis itu kepada pasangan? Tentu sangat tergantung bagaimana kualitas hubungan Anda. Pasangan yang hubungannya kuat dan membiasakan diri berkomunikasi seks secara terbuka, berbagi fantasi sangat menggairahkan karena dapat mengetahui harapan pasangan.

Namun, jika Anda tak yakin pasangan dapat diajak berbagi fantasi, simpan sendiri saja. Kebanyakan orang memilih memisahkan dunia fantasi dengan kehidupan seksual nyata. Bagaimana dengan Anda?

Fungsinya banyak Fantasi seksual memiliki beberapa fungsi. Dalam buku Our Sexuality karya Crooks & Baur disebutkan antara lain:

1. Menjadi sumber kesenangan. Pikiran erotis menolong dalam fase perangsangan bersama pasangan atau saat bermasturbasi. Membayangkan bagian tubuh tertentu disentuh, sungguh sangat membantu.

2. Menjadi jalan untuk secara mental berlatih atau mengantisipasi pengalaman seks baru. Membayangkan diri berinisiatif mengajak berhubungan intim dapat membuat seseorang lebih siap ketika situasi tersebut dimungkinkan.

3. Menjadi alternatif bagi perilaku seksual yang secara pribadi tidak diterima, dan melakukan penjelajahan erotis melalui imajinasi. Faktanya, aktivitas seksual “terlarang” di dalam fantasi justru lebih menggairahkan. Contoh, membayangkan aktivitas seksual dengan orang lain, bersama dua atau tiga orang, di alam terbuka atau di toilet pesawat terbang, tetapi hanya dalam fantasi.

4. Menjadi pengganti aktivitas seksual. Contohnya, ketika suami atau istri tidak ada, membayangkan pengalaman masa lalu yang sangat mengesankan.

@ Widya Saraswati

Wednesday, July 14, 2010

Cinta yang Menyehatkan

JAKARTA, KOMPAS.com — Cinta cenderung bermakna luar biasa bagi seseorang. Luar biasa indah rasanya menurut mereka yang hidup dalam pelukan cinta, tetapi dapat juga luar biasa menyakitkan bagi mereka yang merasa dikhianati atau dikecewakan oleh cinta. Entah itu terhadap orangtua, anak, lawan jenis (pasangan), dan lainnya, cinta memang luar biasa.

Seorang guru besar Psikologi Klinis dari Fakultas Psikologi UGM yang telah melanglang buana di berbagai penjuru dunia untuk mengajar, Prof Yohana E Prawitasari, dalam sebuah semiloka psikologi mengungkapkan, ”Apa sih sebenarnya yang dibutuhkan oleh setiap orang? Pada dasarnya dalam hidup ini yang diperlukan oleh setiap orang adalah cinta.

Ungkapan di atas mungkin terasa melankolis. Lho, kok, seorang profesor psikologi menyatakan sesuatu yang tidak berbeda dengan para seniman? Ya, memang tidak berbeda dengan para seniman. Secara empiris, psikologi menemukan bahwa untuk dapat sehat secara mental, yang diperlukan seseorang adalah cinta. Lebih dari itu, dengan transendensi, kita dapat menemukan kebenaran universal bahwa memang kita ini hidup dari cinta, hidup oleh cinta, dan juga untuk cinta.

Viktor Frankl, seorang psikiatris yang riwayat dan karyanya luar biasa mengagumkan, dalam bukunya Man’s Search for Meaning berkata: “Suatu pemikiran mengubah saya: Untuk pertama kali dalam hidup, saya menyadari kebenaran dalam syair kebanyakan penyair, kebijaksanaan akhir para ahli pikir. Kebenaran bahwa cinta adalah tujuan utama dan tertinggi yang dapat dicapai manusia. Lalu, saya menangkap makna rahasia terbesar yang melingkar dalam syair, dalam pikiran dan keyakinan manusia, yaitu penyelamatan manusia diperoleh lewat cinta dan di dalam cinta.”

Seorang psikolog lain, Meninger, menulis: ”Cinta itu menyembuhkan. Cinta menyembuhkan mereka yang memberikan cinta, dan juga mereka yang menerimanya.”

Berikut ini kita belajar mengenai cinta yang menyembuhkan, cinta yang sehat, yang diungkapkan oleh para ahli psikologi pada masa lampau.


Cinta tak bersyarat

Dalam mencinta, yang terjadi adalah: cinta bersyarat atau cinta tak bersyarat. ”Tidak ada kemungkinan ketiga!” kata John Powell, konselor dan penasihat spiritual.

Bila untuk mencintai kita memerlukan syarat, maka cinta itu bukan cinta sejati. Cinta sejati adalah harus dan merupakan hadiah yang diberikan secara cuma-cuma.

Kita benar-benar cinta bila orang yang kita cintai mendapatkan cinta kita, bukan karena ia pantas menerima cinta kita. Disebut pantas karena cantik, anggun, ganteng, baik hati, dan sebagainya. Kita sadar bahwa orang yang kita cintai bukanlah orang yang terbaik, bukan orang yang paling hebat, bukan yang paling cocok.

Namun, itu semua tidak menjadi persoalan. Yang penting adalah bahwa kita telah memilih untuk memberikan kepada orang yang kita cintai berupa cinta kita, dan juga telah memilih untuk mencintai kita. Dalam kondisi inilah cinta dapat tumbuh dengan baik.

Erich Fromm, psikolog yang terkenal dengan bukunya, The Art of Loving, menulis tentang cinta tak bersyarat. Menurut Fromm, cinta tak bersyarat berhubungan langsung dengan kerinduan yang paling dalam, bukan hanya kerinduan pada anak, melainkan kepada setiap manusia.

Sebaliknya, orang yang dicintai karena alasan pantas atau dianggap berhak menerima cinta selalu menimbulkan keraguan: mungkin saya tak dapat membahagiakan orang yang saya inginkan dapat mencintai saya atau mungkin selalu ada rasa cemas, jangan-jangan suatu waktu cinta akan lenyap.

Selain itu, cinta yang didapat karena alasan pantas menerimanya selalu meninggalkan rasa getir dalam kesan bahwa orang dicintai bukan karena dirinya, melainkan karena kemampuannya membuat orang lain senang. Ini bukan cinta, melainkan manipulasi!

Seperti binatang sirkus John Powell menegaskan bagaimana cinta tak bersyarat mendukung perkembangan pribadi. Cinta yang banyak terjadi adalah cinta yang membelenggu. Tanpa sadar, banyak orangtua memperlakukan anak seperti binatang sirkus, yang dihukum atau diupah agar berperilaku persis seperti yang diinginkan tuannya.

Demikian pula suami terhadap istri atau sebaliknya. Cinta seperti ini berisiko menimbulkan luka batin dan bersifat merusak (destruktif). Powell mengungkapkan sebagai berikut:

Kita telah lama menganggap bahwa koreksi, kritik, dan hukuman dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan. Kita terbiasa membenarkan cara-cara destruktif untuk menutupi ketidakbahagiaan dan ketidaklengkapan kita. Contohnya, penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa 80 persen narapidana di negeri ini menerima perlakuan keras dan kejam ketika masa kecil.

Baru akhir-akhir inilah ilmu perilaku mengungkapkan bahwa cinta tak bersyarat merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan orang mengembangkan kepribadian yang manusiawi.

Kehendak bebas merupakan salah satu faktor dalam hidup manusia. Setiap orang harus menyatakan ”ya” untuk pertumbuhan dan integritas pribadinya, tetapi ada prasyarat: harus ada orang yang mendorong kita untuk percaya pada diri sendiri dan menjadi diri sendiri. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar mencintai kita.

Kalau kita bicara tentang cinta tak bersyarat, kita akan teringat orangtua yang bersikap manipulatif. Ada orangtua yang hanya memberikan kasih sayang dan penguatan kepada anak bila keinginannya terpenuhi: bila nilai rapor bagus, patuh, dapat menimbulkan rasa bangga orangtua, dan lainnya. Kita juga teringat bahwa banyak hubungan suami atau istri seperti demikian.

Begitulah yang sering terjadi. Hubungan suami-istri atau orangtua-anak tak lebih dari saling tukar: yang satu menjual, yang lain membayar; bukan lagi cinta tak bersyarat.

Kita sering kali tidak menghiraukan cinta tak bersyarat yang mendasar. Orang yang kita manipulasi kita beri hadiah tertentu karena telah memenuhi keinginan kita. Kita meletakkan kepada mereka identitas pribadi yang kita pilihkan. Kita letakkan mereka di sudut sempit dalam kehidupan ini dengan hanya membolehkan mereka menjadi seperti yang kita inginkan. Padahal, cinta tak bersyarat bersifat membebaskan. @

M.M Nilam Widyarini M.Si Kandidat Doktor Psikologi

Saturday, March 6, 2010

Why We Flirt: The Science of Sex

By: Brie Cadman

It’s so natural, we barely even notice we do it. Tilting a head to expose the neck, smiling or laughing at something that really wasn’t funny, moving closer to the person making unfunny jokes, mimicking their actions. Our body language is perhaps the most subtle expression of what we’re really thinking and feeling, and is a crucial component of the courting dance known as flirting.
Though cheesy pick-up lines abound, a lot is conveyed even before words are uttered. A prolonged gaze or arched eyebrow gives clues to the person across the bar that you’re interested without having to explicitly ask about his/her sign. Though the statistics differ, some attribute almost 80 percent of our first impressions to our stance and swagger. And because flirting helps both animals and humans find mates faster and easier, it is an evolutionary trait hard-wired in our brains. Mice twitch their noses at potential mates, colorful peacocks strut around for admiring peahens, and pigeons puff their chests to look buff. As much as we have moved on from mice and feathers, we do much of the same, for the exact same reasons.

Genetic Peacockery
Because flirting is an easy way for us to display our genes, mating potential, and interest, nature put a lot toward its success. This is one of the reasons why some males birds have exotic plumes, why elk carry hefty antlers (a sign of a healthy immune system), and why male fiddler crabs have such large claws. He waves his in the air, alerting females to his whereabouts, and signaling them to come closer for a better look at his burrow, colorful shell, and flashy claw.
Much in the same way, we’re physically programmed to indicate interest almost before we mentally have a say in it. Slight actions reveal a lot. Stance, eye movement, and gestures like leaning forward to talk to the person, or quick eyebrow raises are what scientists call contact engagement, signaling to the other mammal that you’re prepared for things to potentially get physical. Perhaps most importantly, these signals show that you’re not intending to dominate or flee. Or not just yet, anyhow.

Moves Have Messages
By studying humans in their natural courting habitat (usually bars), scientists have been able to document the movements we make when we’re interested in someone else. As it turns out, we’re all quite predictable. A woman smiles, raises her eyebrows, opens her eyes wide, holds a gaze, fidgets with her hair, lowers and tilts her head, and laughs. A man might jut out his chin, try to make his chest appear as large as possible, unconsciously flex an arm, laugh aloud, and smile. But what do all these ridiculous gestures mean?
By comparing our actions with those of animals, it becomes clear that moves have messages. A woman tilts her head and shows off her neck as a sign of vulnerability and submission. I see my friend’s dog, a female boxer named Mable Mae, do this all the time. When a male dog is approaching, she turns her head and flattens her ears as if to say, “I’m a lover, not a fighter. Don’t bite.” The male dog naturally assumes the taller, dominant stance. Mable also steals sideways glances, just as we do when flirting, to show she’s demure and hard to get, yet interested.

Read My Lips
Like a lioness presenting herself to a mate, women will arch their backs and show off their hips to indicate fertility. Though I hate the stereotype of a giggly, doe-eyed blonde, women laugh and open their eyes wide not because they’re ditzy, but because it conveys an image of surrender and youth. (No wonder Dolly Parton was so jovial and popular.) While both men and women will make prolonged eye contact with people they’re interested in, a woman might also lick her lips, helping to bring visual attention to the mouth. If someone is staring at your lips he may be thinking of how to kiss them.
Though a man might not pound his chest like Tarzan while in a crowd, it’s only because of social constraints. He’s still trying to put forth his strong jaw, an indicator of high testosterone levels, and spread his arms and chest to look muscular and strong. Yet he doesn’t want to look too strong or threatening, so he laughs and smiles frequently. Confident and powerful enough to protect his brood; nice enough not to harm the doe.

Monkey See, Monkey Do
Together, both sexes take part in mirroring, tending to sit or stand in similar positions, or pick up a drink at the same time. When one person leans in, another will do the same if she likes what she’s seeing. The theory behind this is that people are drawn to others who are like them. (Dating note: if he picks his nose, put the mirror down.)
We also tend to point or gesture toward our object of desire. This means feet, hands, or the entire body will subconsciously be pointed toward him or her, opening up a line of physical—and hopefully verbal—communication.
Yet through all our coquettish gestures, anyone who’s raised her eyebrows at a cop knows that flirting is not always intended to seal the deal. Flirting can be a default mechanism when we want to get something for nothing (a better table at a restaurant, another free cocktail on the airplane, a shortcut in line) or a comfortable and fun way to interact with new people. And it’s certainly not reserved just for people we want to mate with; married people flirt with no adulterous intentions and platonic flirting happens all the time. Flirting opens windows of potential and can peak curiosity about what might happen, but it also leaves us with the ability to walk away, no harm done.