.

Tuesday, October 14, 2014

Apakah Hokkian, Hakka, Konghu itu suku ?

Karena ada pengertian umum di Indonesia bahwa Hokkian, Hakka, Konghu, dll itu suku.
Pertanyaannya adalah, apakah Hokkian, Hakka, Konghu, dll itu suku?

Hal ini salah besar..!

Suku bangsa terbanyak di Tiongkok adalah orang Han. Orang Han ini berasal dari kelompok yang mendiami bagian tengah dari Tiongkok yang disebut suku Hua, kemudian Huaxia, kemudian karena bagian tengah dari dataran Tiongkok disebut Tionghoa. Tiong berarti tengah dan kok adalah negara. Kebudayaan Tionghoa kuno berasal dari lembah sungai Huang He (sungai Kuning).  Dari bagian hulu sungai yaitu propinsi Shaanxi dengan kota Chang'an (Tiang'an), Shanxi, Henan, Hebei sampai ke Shandong.

Orang Hua ini kemudian menyebar ke seluruh Tiongkok dan disebut menjadi orang Han, karena sebagian dari wilayah selatan waktu itu belum masuk dinasti Han, maka orang selatan tak begitu antusias menggunakan istilah bangsa Han. Istilah Han atau Hua ini menunjukkan etnis, sedang Indonesia bukan istilah etnis, ini yang menimbulkan kesalah pahaman dengan istilah Tionghoa di Indonesia. Kebanggaan thd dinasti Han yang jaya, ini menyebabkan mereka mengubah sebutan menjadi bangsa Han atau Hanren dan bahasanya disebut bahasa Han atau Hanyu. Meskipun kemudian dinasti Han ambruk, dan berdiri dinasti lain, istilah Han ini tidak hilang, bahkan dipergunakan sampai sekarang.
Sampai pada dinasti Tang, yang juga jaya dan meliputi seluruh Tiongkok selatan, mulailah orang selatan menyebut dirinya orang Tang (Tangren dalam Mandarin, Tenglang dalam dialek Hokkian, Tengnang dalam dialek Tiociu, Thongnyin dalam dialek Hakka dan Thong yan dalam dialek Konghu).

Karena luasnya Tiongkok, tanah penuh dengan pegunungan, lalu lintas sulit, maka orang Han di tiap daerah menjadi terisolir satu sama lain, bahasanya terpecah menjadi beberapa dialek, dialek Hokkian, dialek Hakka, dialek Konghu, dialek Tiociu, dll. Yang empat inilah yang paling banyak datang ke Asia Tenggara. Meskipun demikian semua dialek itu masih termasuk bahasa Han. Mungkinkah orang dari dialek satu berubah menjadi dialek lain? Mungkin saja, orang Hakka yang lama tinggal di daerah dialek Hokkian, anak cucunya jadi Hokkian, sebab etnisnya sama yaitu orang Han. Kelompok dialak ini tidak disebut suku, tapi kelompok masyarakat, yang dalam bahasa Tionghoanya disebut minxi atau zuqun.

Pada tahun 1911, dinasti terakhir yaitu dinasti Qing ambruk, dan pemimpin revolusi dokter Sun Yat-sen memilih nama Tionghoa Binkok (Zhonghua Minguo) untuk negara baru ini, dengan singkatan Tiongkok. Nama Tionghoa yang sudah ada dari zaman purba mendapat interpretasi baru. Karena nama negara Tionghoa Binkok atau Republik Tionghoa yang diterjemahkan menjadi Republik Tiongkok, maka secara hukum semua warga negaranya menjadi orang Tionghoa, yang terdiri dari suku bangsa Han, Tibet, Hui, Mongol, Mancu. Karena itu waktu itu bendera Tiongkok terdiri dari lima warna. Di Indonesia dulu, orang Tionghoanya boleh dibilang 100% orang Han. Belakangan ini dengan majunya ekonomi, orang Tiongkok yang pindah ke luar negeri, atau bekerja ke luar negeri ada juga dari kelompok non-Han.

Kelompok non-Han ini, setelah diteliti, ternyata bukan hanya empat; Tibet, Hui, Mongol dan Mancu, tapi ternyata ada 55 sukubangsa. Di Tiongkok istilahnya bangsa bukan suku, jadi mereka diakui setingkat dengan orang Han yang jumlahnya jauh lebih banyak, orang Han ada sekitar 1,2 milyar, 55 suku lain itu lebih dari 100 juta orang.

Di Singapore dan Thailand saya tahu ada beberapa orang Hui, yang Islam, mereka adalah campuran pedagang Persia dan Arab yang datang terutama zaman dinasti Han, mereka telah berasimilasi dengan orang Han sehingga tak ada bedanya dengan orang Han, kecuali agamanya. Dulupun banyak orang Yahudi, yang tinggal kebanyakan di Henan. Sampai berdirinya RRT orang Yahudi ini masih beda, tapi setelah itu berasimilasi sehingga menjadi orang Han. Demikian juga suku-suku di utara, orang Xianbei habis terasimilasi, Orang Mancu tinggal sedikit sekali, orang Qiang yang pernah mendirikan kerajaan Xi Xia (Se He, lihat cerita Pendekar Negeri Tayli), orang Liao, dll. sudah terasimilasi total dan menjadi orang Han.

Orang Hui yang ada di Singapore maupun Thailand, tetap dimasukkan katagori Chinese oleh pemerintah setempat.
Jadi orang Hokkian, Hakka, Tiociu, Konghu dan lain-lain adalah tetap orang Han dari segi etnis dan tetap Tionghoa dari segi hukum. Jadi sebutan suku Hokkian, suku Hakka, suku Tiociu dll itu adalah istilah yang salah kaprah. Yang tepat adalah kelompok masyarakat.

Kalau kita lihat orang Jawa di Suriname dan dibandingkan dengan jawa di pulau Jawa, sudah berbeda kebiasaan, sebagian adat istiadat dll. Orang Hokkian dan Hakka juga sama demikian, meskipun sama-sama Han.
Marga (sne, xing, siang dll) adalah keturunan pribadi, misalnya orang sne Tan dari Henan leluhurnya ada yang pindah ke Fujian, jadilah orang Hokkian, tidak berubah, yang berubah adalah tempat tinggalnya. Karena itu marga Gouw (Wu Mandarin), bisa kita temukan dalam segala kelompok masyarakat, orang Hokkian, orang Hakka, orang Tiongciu, orang Henan, orang Beijing, dll ada yang sama, mereka adalah dari turunan yang sama, hanya tempat tinggalnya berlainan akibatnya dialeknya berbeda. Orang Tionghoapun yang tinggal di Jawa berdialek jawa, yang tinggal di Jawa Barat, berdialek Sunda. Itu analoginya.

Dulu memang kelompok-kelompok itu terpisah, karena sulit bergaul disebabkan dialek yang berbeda. Sekarang karena ada bahasa persatuan Mandarin, tak ada batas itu. Di Indonesia perasaan itupun lenyap karena semua bisa berbahasa Indonesia.
Kalau mengurut asal usul marga, kita akan mendapatkan kebanyakan berasal dari Henan, sekitar kota Luoyang, atau dari Shaanxi, ada juga yang dari Hebei, Shandong dll. Kota Luoyang sedang berjuang kepada pemerintah pusat, agar Luoyang dijadikan "Kota leluhur orang Tionghoa". Saya belum mendengar berita lanjutannya, yang jelas belum disetujui.
Kalau orang Tibet di India tak mengaku sebagai orang Tionghoa itu masalah politik, bukan masalah ras, mereka ingin melepaskan diri dari negara kesatuan Tiongkok. Mirip orang Aceh yang tak mengakui bahwa mereka termasuk orang Indonesia. Tapi tentu saja tidak semua.

Saya pernah membaca tulisan di majalah Barat (lupa majalah apa), tulisan seorang Tibet yang menetap di Kanada. Ia bertanya, mengapa orang Barat hanya melihat 200.000 orang Tibet di India, tapi mengabaikkan, satu juta lebih orang Tibet yang tersebar di pemukiman orang Han. Kalau mereka ditanya, ia bilang, mereka pasti mendukung Tibet adalah Tiongkok. Semoga bisa membantu.


Salam Liang U
sumber: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/34475
ad5

No comments: