Karena ada pengertian umum di Indonesia bahwa Hokkian, Hakka, Konghu, dll itu suku.
Pertanyaannya adalah, apakah Hokkian, Hakka, Konghu, dll itu suku?
Hal ini salah besar..!
Suku
bangsa terbanyak di Tiongkok adalah orang Han. Orang Han ini berasal
dari kelompok yang mendiami bagian tengah dari Tiongkok yang disebut
suku Hua, kemudian Huaxia, kemudian karena bagian tengah dari dataran
Tiongkok disebut Tionghoa. Tiong berarti tengah dan kok adalah negara.
Kebudayaan Tionghoa kuno berasal dari lembah sungai Huang He (sungai
Kuning). Dari bagian hulu sungai yaitu propinsi Shaanxi dengan kota
Chang'an (Tiang'an), Shanxi, Henan, Hebei sampai ke Shandong.
Orang
Hua ini kemudian menyebar ke seluruh Tiongkok dan disebut menjadi orang
Han, karena sebagian dari wilayah selatan waktu itu belum masuk dinasti
Han, maka orang selatan tak begitu antusias menggunakan istilah bangsa
Han. Istilah Han atau Hua ini menunjukkan etnis, sedang Indonesia bukan
istilah etnis, ini yang menimbulkan kesalah pahaman dengan istilah
Tionghoa di Indonesia. Kebanggaan thd dinasti Han yang jaya, ini
menyebabkan mereka mengubah sebutan menjadi bangsa Han atau Hanren dan
bahasanya disebut bahasa Han atau Hanyu. Meskipun kemudian dinasti Han
ambruk, dan berdiri dinasti lain, istilah Han ini tidak hilang, bahkan
dipergunakan sampai sekarang.
Sampai pada dinasti Tang, yang juga
jaya dan meliputi seluruh Tiongkok selatan, mulailah orang selatan
menyebut dirinya orang Tang (Tangren dalam Mandarin, Tenglang dalam
dialek Hokkian, Tengnang dalam dialek Tiociu, Thongnyin dalam dialek
Hakka dan Thong yan dalam dialek Konghu).
Karena luasnya
Tiongkok, tanah penuh dengan pegunungan, lalu lintas sulit, maka orang
Han di tiap daerah menjadi terisolir satu sama lain, bahasanya terpecah
menjadi beberapa dialek, dialek Hokkian, dialek Hakka, dialek Konghu,
dialek Tiociu, dll. Yang empat inilah yang paling banyak datang ke Asia
Tenggara. Meskipun demikian semua dialek itu masih termasuk bahasa Han.
Mungkinkah orang dari dialek satu berubah menjadi dialek lain? Mungkin
saja, orang Hakka yang lama tinggal di daerah dialek Hokkian, anak
cucunya jadi Hokkian, sebab etnisnya sama yaitu orang Han. Kelompok
dialak ini tidak disebut suku, tapi kelompok masyarakat, yang dalam
bahasa Tionghoanya disebut minxi atau zuqun.
Pada tahun
1911, dinasti terakhir yaitu dinasti Qing ambruk, dan pemimpin revolusi
dokter Sun Yat-sen memilih nama Tionghoa Binkok (Zhonghua Minguo) untuk
negara baru ini, dengan singkatan Tiongkok. Nama Tionghoa yang sudah ada
dari zaman purba mendapat interpretasi baru. Karena nama negara
Tionghoa Binkok atau Republik Tionghoa yang diterjemahkan menjadi
Republik Tiongkok, maka secara hukum semua warga negaranya menjadi orang
Tionghoa, yang terdiri dari suku bangsa Han, Tibet, Hui, Mongol, Mancu.
Karena itu waktu itu bendera Tiongkok terdiri dari lima warna. Di
Indonesia dulu, orang Tionghoanya boleh dibilang 100% orang Han.
Belakangan ini dengan majunya ekonomi, orang Tiongkok yang pindah ke
luar negeri, atau bekerja ke luar negeri ada juga dari kelompok non-Han.
Kelompok
non-Han ini, setelah diteliti, ternyata bukan hanya empat; Tibet, Hui,
Mongol dan Mancu, tapi ternyata ada 55 sukubangsa. Di Tiongkok
istilahnya bangsa bukan suku, jadi mereka diakui setingkat dengan orang
Han yang jumlahnya jauh lebih banyak, orang Han ada sekitar 1,2 milyar,
55 suku lain itu lebih dari 100 juta orang.
Di Singapore
dan Thailand saya tahu ada beberapa orang Hui, yang Islam, mereka adalah
campuran pedagang Persia dan Arab yang datang terutama zaman dinasti
Han, mereka telah berasimilasi dengan orang Han sehingga tak ada bedanya
dengan orang Han, kecuali agamanya. Dulupun banyak orang Yahudi, yang
tinggal kebanyakan di Henan. Sampai berdirinya RRT orang Yahudi ini
masih beda, tapi setelah itu berasimilasi sehingga menjadi orang Han.
Demikian juga suku-suku di utara, orang Xianbei habis terasimilasi,
Orang Mancu tinggal sedikit sekali, orang Qiang yang pernah
mendirikan kerajaan Xi Xia (Se He, lihat cerita Pendekar Negeri Tayli),
orang Liao, dll. sudah terasimilasi total dan menjadi orang Han.
Orang Hui yang ada di Singapore maupun Thailand, tetap dimasukkan katagori Chinese oleh pemerintah setempat.
Jadi
orang Hokkian, Hakka, Tiociu, Konghu dan lain-lain adalah tetap orang
Han dari segi etnis dan tetap Tionghoa dari segi hukum. Jadi sebutan
suku Hokkian, suku Hakka, suku Tiociu dll itu adalah istilah yang salah
kaprah. Yang tepat adalah kelompok masyarakat.
Kalau kita
lihat orang Jawa di Suriname dan dibandingkan dengan jawa di pulau Jawa,
sudah berbeda kebiasaan, sebagian adat istiadat dll. Orang Hokkian dan
Hakka juga sama demikian, meskipun sama-sama Han.
Marga (sne,
xing, siang dll) adalah keturunan pribadi, misalnya orang sne Tan dari
Henan leluhurnya ada yang pindah ke Fujian, jadilah orang Hokkian, tidak
berubah, yang berubah adalah tempat tinggalnya. Karena itu marga Gouw
(Wu Mandarin), bisa kita temukan dalam segala kelompok masyarakat, orang
Hokkian, orang Hakka, orang Tiongciu, orang Henan, orang Beijing, dll
ada yang sama, mereka adalah dari turunan yang sama, hanya tempat
tinggalnya berlainan akibatnya dialeknya berbeda. Orang Tionghoapun yang
tinggal di Jawa berdialek jawa, yang tinggal di Jawa Barat, berdialek
Sunda. Itu analoginya.
Dulu memang kelompok-kelompok itu
terpisah, karena sulit bergaul disebabkan dialek yang berbeda. Sekarang
karena ada bahasa persatuan Mandarin, tak ada batas itu. Di Indonesia
perasaan itupun lenyap karena semua bisa berbahasa Indonesia.
Kalau
mengurut asal usul marga, kita akan mendapatkan kebanyakan berasal dari
Henan, sekitar kota Luoyang, atau dari Shaanxi, ada juga yang dari
Hebei, Shandong dll. Kota Luoyang sedang berjuang kepada pemerintah
pusat, agar Luoyang dijadikan "Kota leluhur orang Tionghoa". Saya belum
mendengar berita lanjutannya, yang jelas belum disetujui.
Kalau
orang Tibet di India tak mengaku sebagai orang Tionghoa itu masalah
politik, bukan masalah ras, mereka ingin melepaskan diri dari negara
kesatuan Tiongkok. Mirip orang Aceh yang tak mengakui bahwa mereka
termasuk orang Indonesia. Tapi tentu saja tidak semua.
Saya
pernah membaca tulisan di majalah Barat (lupa majalah apa), tulisan
seorang Tibet yang menetap di Kanada. Ia bertanya, mengapa orang Barat
hanya melihat 200.000 orang Tibet di India, tapi mengabaikkan, satu juta
lebih orang Tibet yang tersebar di pemukiman orang Han. Kalau mereka
ditanya, ia bilang, mereka pasti mendukung Tibet adalah Tiongkok. Semoga
bisa membantu.
Salam Liang U
sumber: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/34475
ad5
The Death of Stalin #1 – 2 (2016)
-
On the night of March the 2nd, 1953, Joseph Stalin, the Nation’s Father,
the man who reigned as the absolute master of all Russians, had a stroke.
He was...
7 years ago
No comments:
Post a Comment